Udara sejuk, lingkungan asri, dan ruang hijau yang terhampar luas. Begitulah suasana salah satu kota mandiri di kawasan Bogor, Jawa Barat. Bukan tanpa alasan kota mandiri tersebut begitu menyatu dengan alam. Lokasinya berada pada ketinggian 300-500 meter di atas permukaan laut serta diapit oleh empat gunung, yakni Gunung Salak, Gede, Pangrango, dan Pancar. Dengan suasana alami, kota mandiri tersebut cocok untuk dijadikan tempat tinggal yang nyaman untuk keluarga, terutama untuk mendukung perkembangan anak.
Faktor lingkungan memang memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap tumbuh kembang anak. Hal ini diungkapkan oleh sekelompok peneliti dari Hasselt University dan Ghent University. “Kami menemukan bahwa anak-anak yang tinggal di perkotaan tapi memiliki akses di ruang terbuka hijau, memiliki tingkat kecerdasan intelektual atau intelligence quotient (IQ) lebih tinggi,” ujar pemimpin studi Esmee Bijens, seperti dikutip dari laman The Independent, Selasa (25/10/2020).
Dalam studi itu, para ilmuwan mempelajari skala IQ pada lebih dari 700 anak berusia 8-15 tahun. Hasilnya peningkatan ruang hijau sebesar 3,3 persen dalam radius 3 kilometer dari tempat tinggal berkaitan dengan peningkatan rerata IQ anak sebesar 2,6 poin.
Sebagai informasi, kecerdasan intelektual atau kecerdasan kognitif adalah kemampuan seseorang dalam bernalar serta memecahkan masalah dengan menggunakan unsur-unsur matematika dan logika. Kecerdasan intelektual juga mewakili kemampuan dalam pemrosesan visual dan spasial, pengetahuan tentang dunia, serta kekuatan ingatan. Bijens menjelaskan, selain dipengaruhi oleh faktor genetik, pembentukan IQ juga berkaitan dengan lingkungan tempat anak tumbuh. Dari perspektif kesehatan, papar Bijens, ruang terbuka hijau pada kawasan residensial dapat digunakan anak untuk beraktivitas fisik serta melakukan kontak sosial. Seperti diketahui, kedua aktivitas tersebut dapat meningkatkan fungsi hipokampus yang merupakan pusat belajar dan memori pada otak anak. Dengan demikian, kemampuan belajar dan daya ingat anak menjadi lebih baik. “Selain itu, kawasan residensial dengan ruang terbuka hijau yang luas dapat pula menurunkan polusi udara dan suara. Kedua hal ini menjadi penyebab penurunan perkembangan kognitif anak,” imbuh Bijens.
Itu berarti, ketika polusi udara dan suara berkurang, perkembangan kognitif anak tidak akan terganggu. Lebih lanjut Bijens memaparkan, keberadaan ruang terbuka hijau, seperti taman, area berumput dan pepohonan, serta kebun juga dapat berdampak pada penurunan tingkat stres, kecemasan, dan depresi. Dengan begitu, perilaku bermasalah pada anak, seperti agresi dan mencari perhatian, juga menurun. Berdasarkan hasil riset tersebut, para peneliti berkesimpulan bahwa perencanaan kota hijau merupakan sesuatu yang penting demi mengoptimalkan perkembangan anak. Melihat manfaat yang bisa didapat, konsep perencanaan kota hijau tersebut diadaptasi oleh kota mandiri di kawasan Bogor, Jawa Barat, yakni Summarecon Bogor. Demi menciptakan lingkungan yang sehat bagi keluarga, terutama anak-anak, Summarecon Bogor mengaplikasikan konsep ruang terbuka hijau di seluruh pembangunan kawasannya.
Sebagai informasi, Summarecon Bogor berdiri di atas lahan seluas 500 hektar. Sebanyak 60 persen dari luas lahan ini dialokasikan untuk ruang terbuka hijau.
Dengan konsep tersebut, kota mandiri di kawasan Bogor itu berharap bisa menjadi pilihan hunian terbaik bagi keluarga yang mendambakan perkembangan anak secara optimal. Apalagi, di tengah situasi pandemi Covid-19 seperti saat ini, hampir seluruh kegiatan anak dilakukan di rumah. Oleh sebab itu, penting bagi orangtua untuk tetap memberikan akses terdekat ke ruang terbuka hijau kepada anak demi menjaga kesehatan sekaligus memperhatikan tumbuh kembang mereka.